Senin, 04 Mei 2009

hayoooo, siapa yang cacingan????

CACINGAN, BUKAN HAL RINGAN
Bisa mempengaruhi kecerdasan anak loo...!


Anak-anak termasuk rentan cacingan. Biasanya anak yang cacingan
identik dengan badan kurus, perut buncit, wajah pucat dan sebagainya.
Apa pun tanda-tandanya, yang jelas cacingan bisa memengaruhi kondisi
gizi si anak. Kenapa? Karena zat-zat gizi "dimakan" cacing yang terus
berkembang biak. Makin banyak cacing, makin banyak pula zat gizi yang
diambil sehingga si kecil mengalami kondisi kurang gizi.

Penyakit cacingan juga berdampak buruk terhadap tingkat kecerdasan,
serta perkembangan mental. Terutama jika terjadi pada saat anak dalam
masa pertumbuhan. Bisa juga terjadi radang paru, gangguan hati, bahkan
penyumbatan usus karena cacing melubangi usus. Cacingan pun bisa
menghambat tumbuh-kembang anak, kecacatan, bahkan kebutaan. Jadi, kita
tak bisa anggap enteng cacingan.

PEMBERIAN OBAT BERKALA

Pada gejala ringan, obat cacing khusus anak bisa diberikan. Obat ini
bisa diberikan pada anak usia 1 tahun ke atas. Obat ini bisa dibeli
bebas di apotek alias tanpa resep dokter. Jangka waktu pemberian obat
yaitu 6 bulan sekali. Tujuannya untuk memotong siklus kehidupan cacing
tersebut saat ia mulai tumbuh dewasa. Meski begitu, sebenarnya
pemberian obat cacing tidak harus selalu yaitu 6 bulan sekali. Bila
ada indikasi, misalnya 3 bulan setelah minum obat masih ditemukan
cacing pada feses, obat bisa diberikan lagi.

Nah, pada kasus cacingan yang berat, dokter perlu turun tangan karena
gejala yang berat akan berakibat fatal. Di antaranya, jika si anak
sudah lesu berlebihan, tidak ada nafsu makan, muntah, dan sebagainya,
tentu akan mengakibatkan daya tahan tubuhnya semakin menurun.

MENCEGAH CACINGAN
Bagaimana cara agar anak terhindar dari penyakit cacingan?

* Biasakan untuk selalu hidup bersih, seperti cuci tangan sebelum
makan dan sesudah buang air besar dengan sabun. Kemudian potonglah
kuku secara berkala agar tetap pendek dan bersih.

* Biasakan anak untuk selalu menggunakan sandal atau sepatu bila
keluar rumah, terutama bila berjalan di tanah. Tanah, terutama yang
lembap, merupakan tempat favorit cacing untuk berkembang biak.

* Jangan lupa memilih dan mengolah makanan dengan bersih. Misalnya,
mencuci sayuran dengan air yang mengalir. Kemudian tidak membiarkan
makanan dihinggapi lalat karena biasanya lalat mampu membawa
telur-telur cacing.

* Bila ingin makan sayuran mentah (lalapan) atau buah-buahan, cucilah
dengan air bersih yang mengalir.

* Biasakan anak untuk tidak jajan jenis makanan dan di tempat sembarangan.

MENGENAL JENIS CACING

Ada beberapa jenis cacing yang perlu diketahui:

* Cacing Gelang

Cacing jenis ini banyak ditemukan di daerah tropis dengan kelembapan
tinggi, termasuk Indonesia. Jika sudah dewasa panjangnya bisa mencapai
10-30 cm. Cacing ini hidup hanya dalam tubuh manusia. Penularannya
diawali dari feses penderita cacingan. Di tanah dia akan tumbuh dan
berkembang selama 3 minggu untuk menjadi larva yang infektif. Larva
ini dapat terbawa oleh lalat atau melekat di tangan sehabis memegang
tanah. Kemudian melekat di makanan yang dikonsumsi si kecil.
Selanjutnya, larva ini berdiam di usus. Lalu "menerobos" masuk ke
pembuluh darah balik (vena) menuju jantung, berlanjut ke paru-paru.
Dari paru-paru larva menuju tenggorokan, lalu ke lambung, berakhir di
usus halus tempat di mana mayoritas makanan diserap. Di usus halus
ini, larva akan berganti kulit, kemudian menjadi dewasa. Setelah 2
bulan menginfeksi, cacing betina akan bertelur sekitar 20.000 butir
per hari. Jumlah yang sangat luar biasa!

Cacing berwarna kuning kecokelatan dan bergaris-garis halus ini dapat
mengakibatkan mual, muntah dan diare. Anak pun mengalami penurunan
nafsu makan. Bahkan cacing gelang yang sudah dewasa akan langsung
mengambil makanan yang masuk hingga akhirnya si kecil mengalami kurang
gizi. Cacing-cacing gelang yang makin banyak akan menggumpal membentuk
seperti bola. Dampaknya, saluran pencernaan anak jadi tersumbat.

* Cacing Cambuk

Cacing ini juga banyak ditemukan di daerah tropis. Dia hidup di usus
besar dan terkadang di usus buntu sehingga dapat menimbulkan
peradangan. Di usia 1 bulan, cacing betina akan bertelur 3.000-10.000
butir per hari. Telur-telur ini tidak selamanya berkembang biak dalam
usus karena kemungkinan terbawa keluar bersama feses. Setelah 3-4
minggu berada di tanah, dia akan menjadi larva. Jika termakan, larva
ini akan pecah di usus halus dan keluar menuju usus besar sampai
menjadi dewasa. Untuk mencari makanan, cacing dewasa membenamkan
kepalanya di dinding usus besar.

Akibat terinfeksi penyakit ini anak akan mengalami nyeri perut,
kembung, mual, dan muntah. Bila infeksi yang terjadi tergolong ringan,
gejala yang muncul tak terlalu tampak. Akan tetapi bila kondisi
infeksinya berat, cacing ini dapat menyebabkan diare dengan mukus
(lendir kental dan licin), terjadi penonjolan di daerah anus (prolaps
rektum) dan penurunan berat badan. Selanjutnya, bila hal ini tak
ditangani, bisa terjadi perdarahan usus dan anemia.

* Cacing Tambang

Berkembang biak di seluruh dunia. Meski ukurannya hanya sekitar 1 cm,
tapi dia bisa menghabiskan 0,03 cc darah per hari. Cacing ini menetas
di luar tubuh manusia. Larva cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui
kulit, seperti di sela jari kaki. Biasanya terjadi saat anak bermain
di tanah tanpa alas kaki atau melalui tangan ketika dia memegang
benda-benda yang mengandung larva.

Dari pori-pori, larva cacing ini masuk ke aliran darah, lalu ke
jantung, paru-paru, dilanjutkan melalui tenggorokan sampai ke usus.
Umumnya cacing ini akan tinggal di usus halus dan menjadi dewasa.
Cacing betina akan bertelur dan telurnya akan keluar lagi bersama
tinja. Di tanah, telur akan menetas dalam 2 hari. Kemudian dalam 3-5
hari menjadi larva yang bersifat infektif.

Lantaran mengisap darah, gejala yang timbul adalah anemia dan
kekurangan zat besi. Namun gejala ini muncul bila sudah terjadi
infeksi berat dan berlangsung cukup lama

* Cacing Kremi

Istilah awamnya kremian. Bentuknya kecil dan berwarna putih seperti
kelapa parut. Jangan heran kalau ada mitos bahwa kremian disebabkan
mengonsumsi kelapa parut. Padahal, sebenarnya tidak demikian. Telur
cacing kremi masuk ke dalam tubuh melalui mulut karena makanan atau
debu yang mengandung larva. Selanjutnya bersarang di usus besar.
Ketika cacing ini beranjak dewasa, tempat hidupnya berpindah ke anus.
Dalam jumlah banyak, cacing kremi mengakibatkan gatal-gatal di sekitar
anus. Gatal-gatal timbul karena saat itu cacing kremi betina yang
sudah dewasa bermigrasi ke daerah sekitar anus untuk bertelur.
Telur-telur inilah yang menimbulkan rasa gatal. Bila digaruk, telur
akan pecah dan larva masuk ke anus. Bila setelah menggaruk kemudian
anak memasukkan tangannya ke mulut, maka telur yang ada di kuku akan
ikut tertelan. Meski tidak terlalu berbahaya dibandingkan cacing jenis
lain, kremian sering membuat anak rewel, sukar tidur, malas makan, dan
akhirnya kurus.

* Cacing Pita

Biasanya hidup di tubuh sapi atau babi. Orang yang sering mengonsumsi
daging sapi atau babi yang masih mentah atau dimasak kurang matang
berisiko terinfeksi cacing pita. Jika penderita buang air besar dan
kotorannya yang mengandung telur cacing pita termakan oleh sapi atau
babi, maka telur itu akan tumbuh menjadi kista pada otot/daging hewan
tersebut. Jika dagingnya dimakan anak tanpa dimasak hingga matang,
maka di dalam usus halusnya akan menetas larva yang kemudian menjadi
cacing dewasa.

Bila terinfeksi cacing ini, umumnya gejala yang terlihat ringan saja,
bahkan tanpa gejala. Biasanya berupa gangguan pencernaan, namun bisa
juga terjadi gejala agak berat, seperti ayan/epilepsi atau munculnya
benjolan kecil sebesar kacang hijau yang jumlahnya lebih dari satu di
kulit.


Konsultan ahli:
dr. Attila Dewanti, Sp.A.,
dari RSB Asih, Jakarta


Don't Forget
Come Back!!!!

Best Regard
Ari Seti Muhardian (610803/A)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar